Ditulis oleh Priyo Djatmiko, dengan penyuntingan dan tambahan dari admin.
Bagaimana jika Hamas tidak meroket Israel (yang merupakan reaksi atas penjarahan Sheikh Jarrah dan pelecehan al Aqsa)? Apa mereka tidak kasihan pada warga Gaza?
Hipotesisnya: Israel tidak akan menyerang Gaza sehingga tidak akan ada kematian ratusan anak kecil tak berdosa di Gaza.
Sayangnya, kata Ian Pappe dan Finkelstein, hipotesis seperti itu tidak terbukti sebab Israel suka cari-cari alasan. Tahun 2009 misalnya. Meski masih masa perjanjian damai, Israel yang baru saja dipermalukan oleh Hizbullah memang merencanakan menyerang Gaza sebagai upaya menyelamatkan muka pemerintah di depan rakyatnya. Skandal itu bocor, sempat ramai dan mencoreng muka pemerintah zionis. Keyword-nya adalah Goldstone Report.
Hipotesis kedua: Tidak akan terjadi apa-apa alias terwujudnya peaceful atau settling situation.
Sayangnya, orang tidak tahu bahwa sepanjang masa settling situation itu akan penuh insiden-insiden berupa penjarahan rumah warga Arab Palestina, yang terus berlanjut dan ada masanya akan terekskalasi seperti yang sudah-sudah.
Di luar Gaza, warga Palestina tidak diperbolehkan punya senjata. Otoritas PNA juga jelas tidak mau konfrontasi dengan Israel. Maka tanpa ada perlawanan, warga Palestina hanya akan menyaksikan tak berdaya: rumahnya dirampas, hartanya diambil, keluarganya ditangkapi, dan seterusnya.
“Bagaimana kita bisa memastikan itu? Mungkin peristiwa Sheikh Jarrah itu cuma khilaf atau tindakan oknum.” Kadang yang naif begini muncul dari kalangan pengajian. Seabsurd itu pikiran separuh orang Indonesia beberapa tahun terakhir.
Sayangnya peristiwa Sheikh Jarrah itu bukan peristiwa khilaf atau tindakan oknum saja. Perampasan seperti itu repetitif. Caranya adalah dengan memutarbalikkan fakta bahwa dulu orang Israel yang punya tanah itu. Ketika Perang Dunia I, mereka mengungsi dan saat itu rumah-rumah mereka dihuni oleh orang Palestina.
Perampasan ini bukan aksi sembrono orang-orang Yahudi fanatik garis keras. Ia diperoleh dengan terencana melalui keputusan pengadilan. Kok bisa begitu? Ya bisa saja kalau hukumnya diskriminatif seperti yang terjadi di Israel: Orang Yahudi bisa re-claim tanah mereka sebelum masa perang, tapi orang Arab Palestina tidak bisa. (paragraf ini dari admin)
Makanya pada video-video perampasan, ada orang Yahudi yang dengan santai mengatakan “Kalau bukan aku yang ambil rumahmu, orang lain juga akan ambil kok.” Keputusan pengadilan resmi membawa konsekuensi bahwa polisi akan melindungi para perampas. Warga Palestina yang melawan akan diambil polisi. Seabsurd itu.
Maka tentu saja kasus ini tidak akan unik hanya terjadi di Sheikh Jarrah. Ini bagian dari strategi occupation.
Jadi apa hasil akhir dari pendekatan yang totally tidak mau konfrontatif? Kezaliman akan berjalan tanpa ada tantangan berarti.
Jangan lupa, satu-satunya wilayah di Palestina di mana tentara Israel tidak punya wewenang penuh di atasnya ya hanya Jalur Gaza yang dipertahankan dengan perlawanan bersenjata. Di Tepi Barat, jangan harap Anda bisa berpindah dari satu “Area A” (wilayah yang sepenuhnya merupakan kekuasaan Palestinian National Authority berdasarkan Oslo Accord II) ke “Area A” lainnya tanpa pemeriksaan di checkpoints militer Israel. (paragraf ini tambahan dari admin)
Jadi terus terang bahwa yang mau saya ubah adalah orang Islam, terutama kalangan pengajian yang terkena syubhat taqlid dan syahwat hizbiyyah. Terus terang, kajian-kajian dari sebagian asatidz bahkan syaikh yang dishare ke sana kemari itu sangat-sangat jauh dari standar ilmiah bahkan standar kelayakan untuk disampaikan ke publik. Ibaratnya, normalnya saya akan heran dan berpikir kok nemen ada orang yang dirujuk karena dianggap alim dalam agama, mudah berbicara yang absurd jauh dari mengetahui fakta.
Saya kemarin bertanya pada guru muhadatsah saya, Akram namanya. Ia tinggal di Gaza. Ia masih bisa mengakses Zoom sampai dengan hari Minggu (16/5-admin) kemarin. Saya bertanya, apakah warga Gaza tahu konsekuensi reaksi Hamas? Dia bilang, mungkin ada orang Gaza yang tidak suka, tapi sedikit. Tapi mayoritas orang tahu. Kami akan sabar. Ini untuk menunjukkan dukungan pada saudara kami di Tepi Barat dan pada al Aqsa. Kami akan sabar, kami tahu orang Indonesia selalu mendukung kami, katanya lagi.
Saya belum tahu akhir dari episode ini bagaimana, yang jelas saat ini Israel cukup bingung bagaimana membuat ending yang ‘elegan’ buat mereka.
Mengenai cerita latar belakang penjarahan Sheikh Jarrah bisa dicek di wikipedia, sayangnya artikel di wikipedia itu masih berbau propaganda zionis. Kita tahu siapa saja bisa menjadi anggota tim penulis atau verifikator inputan wikipedia. Saya lebih suka menaruh link-link ini:
https://www.geo.tv/…/350662-sheikh-jarrah-evictions-are…https://reliefweb.int/…/enduring-palestine-refugee…https://www.cbsnews.com/…/israel-palestinians-sheikh…/
Good post! We will be linking to this great post on our site.
Keep up the great writing.