Puasa Membaca Berita
“Salah satu kunci produktivitas adalah berhenti rutin membaca berita atau mengecek email.” Kira-kira begitu salah satu nasihat Cal Newport di Deep Work. Tapi bahkan jauh sebelum saya baca buku itu, saya sudah berhenti rutin mengkonsumsi berita terutama di kanal media online.
Kenapa begitu? Saya mau cerita pengalaman saya dulu.
Beberapa tahun lalu, sampeyan tentu masih ingat kasus window-dressing BUMN gede di Indonesia. Saking besarnya, terungkapnya kasus ini membuat BUMN yang semula jadi salah satu peraup keuntungan terbesar jadi penderita kerugian terbesar di tahun itu. Skalanya triliunan.
Kasus ini mulai ramai ketika salah satu komisarisnya menolak menandatangani laporan keuangan yang memuat salah saji itu. Selama seminggu penuh setelah itu, setiap hari ada saja berita soal ini. Tapi selama seminggu baca berita, saya nggak dapat insight apa pun soal ini.
Isi beritanya hanya komentar orang-orang yang dianggap paham akuntansi dan manajemen korporasi. Beberapa artikel bahkan menulis komentar itu secara verbatim sehingga susah sekali membacanya. Masalahnya setidaknya ada dua:
…