Anda pasti pernah dengar platform investasi bernama Binomo, Vtube, Mavrodi Mondial Moneybox, atau Suntik Modal Alat Kesehatan kan? Semua platform itu setidaknya memiliki tiga kesamaan.
Pertama, mereka semua menjanjikan keuntungan fantastis dalam waktu singkat dengan cara kelewat mudah. Hanya dengan modal minim, tanpa keluar rumah, Anda bisa menghasilkan keuntungan sekian persen perhari.
Kedua, mereka berhasil meyakinkan banyak orang memercayakan dan menyerahkan uangnya dengan nilai akumulasi mencapai triliunan rupiah.
Ketiga, seluruh platform tersebut ternyata merupakan modus penipuan.
Kebanyakan korbannya sudah gelap mata duluan ketika melihat janji pundi-pundi uang yang akan mereka terima dari sana. Padahal, ada cara-cara sederhana yang bisa diambil untuk menjaga diri dari modus penipuan seperti ini.
Cara-cara ini tidak memerlukan level intelegensi yang hebat. Ia hanya membutuhkan akal sehat dan pengendalian diri saja.
Jadi, bagaimana kita mengidentifikasi investasi bodong? Berikut ciri-cirinya.
Daftar Isi
1. Janji keuntungan yang tidak realistis
Oke, ingat sekali lagi empat kata kunci berikut: hati-hati pada tawaran investasi yang menjanjikan keuntungan yang:
- terlalu besar
- terlalu singkat, dan
- terlalu mudah
- mengklaim “bebas risiko”.
Percayalah, kalau saya tahu ada instrumen investasi yang beneran menjanjikan profit bombastis seperti itu, kemungkinannya hanya dua:
- Pemilik instrumen itu tidak akan mau berbagi instrumen investasi dengan Anda
- Para manajer investasilah yang pertama kali mengantre beli instrumen tersebut.
Lha bagaimana tidak, wong para manajer investasi itu mengelola dana triliunan, kok mau dibandingkan dengan kita yang beli Honda Beat saja masih nyicil. Lebih enak mengurus para manajer investasi itu dong daripada remah-remah biskuit seperti kita. Sebab dari satu manajer investasi saja, mereka sudah bisa memperoleh dana berapa pun yang mereka perlukan.
Tapi kenyataannya tidak, kan? Mereka tidak akan berani menawarkan ini ke para manajer investasi karena manajer investasi bisa langsung mencium aroma amis dari tawaran ini. Maka korbannya adalah kita yang tidak memiliki wawasan memadai tentang bagaimana uang harus dikelola.
Terus bagaimana kita mengetahui suatu tawaran investasi itu menjanjikan keuntungan bombastis seperti di atas?
Kita bisa menggunakan instrumen investasi yang sudah ada di Indonesia sebagai rule of thumb/acuan. Mari bahas satu instrumen investasi resmi yang paling berpeluang menghasilkan keuntungan investasi yang paling besar: saham.
Pada 2021 lalu, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia) naik sekitar 10% selama setahun. Bandingkan dengan sebagian platform penipu di atas yang menjanjikan keuntungan mencapai 50% dalam sebulan.
Jauh banget kan bedanya?
Apalagi, bersama dengan return yang “hanya” 10% setahun itu, para praktisi pasar modal tidak pernah mengklaim saham sebagai instrumen yang bebas risiko. Mereka justru bilang bahwa saham itu buat investor yang punya profil investasi agresif. Ini adalah tipe investor yang siap dengan risiko kerugian, tapi dengan potensi keuntungan yang kira-kira sama besarnya.
Jargon keuangannya “high risk, high return”. Instrumen yang menjanjikan keuntungan tinggi pasti juga memiliki risiko kerugian yang tinggi.
Akhir kata, mari menutup segmen ini dengan nasihat berikut.
“When promised quick proft, respond with a quick ‘no’. Kalau ada orang yang menjanjikan keuntungan investasi yang cepat, cepat-cepatlah menolaknya.”
Warren Buffett
2. Perizinan bermasalah
Kenapa sih perlu perizinan dari otoritas?
Karena otoritas telah melakukan due diligence dasar untuk memastikan bisnisnya beneran ada, bukan tipu-tipu. Regulator setidaknya mengecek apakah instrumen yang diperdagangkan aman dan proses bisnis perusahaannya baik.
Ketika mendapatkan penawaran tentang suatu instrumen investasi yang cukup bombastis, kita sebagai calon user kan tidak tahu bagaimana aplikasi tersebut bekerja. Benar-benar mencerminkan instrumen yang diperdagangkan, atau akal-akalan di aplikasi saja supaya terlihat menguntungkan?
Nah, hal-hal mendasar seperti ini yang dicek oleh otoritas yang berwenang. Terus siapa saja otoritas yang berwenang itu?
Kalau perusahaannya adalah penyedia jasa keuangan seperti perbankan atau perusahaan keuangan non bank (asuransi, dana pensiun, dsb), pasar modal (perusahaan yang listing di bursa, perusahaan sekuritas, dsb); regulator dan pengawasnya adalah Otoritas Jasa Keuangan.
Kalau perusahaannya memfasilitasi perdagangan komoditas seperti mata uang (valas/foreign exchange, cryptocurrency) atau komoditas pertambangan (kontrak futures untuk batubara, minyak bumi, dsb); maka regulator dan pengawasnya adalah Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Ah kemarin-kemarin ada juga perusahaan jasa keuangan resmi dan diawasi OJK yang melakukan korupsi!
Yah, kalau yang resmi dan diawasi OJK saja masih memiliki risiko fraud, apalagi yang tidak resmi dan tidak diawasi, baginda.
Pengawasan otoritas itu memang sulit memberikan jaminan 100% bahwa suatu instrumen tidak digunakan untuk menipu orang lain. Tapi setidaknya, sudah ada pengecekan dan pengawasan tingkat dasar untuk memperkecil peluang penipuan yang bisa jadi Anda derita.
Selebihnya memang harus kita yang perlu bijak mengelola dana.
3. Tidak jelas bagaimana perusahaan mengambil keuntungan
Setiap perusahaan pasti didirikan untuk mengambil keuntungan. Jangan tertipu oleh istilah-istilah yang ruwet-ruwet ketika Anda sedang diprospek. Bagaimanapun rumitnya, suatu bisnis tetap perlu keuntungan setidaknya supaya perusahaan tersebut tetap bisa beroperasi.
Sampai sini kita setuju ya?
Konsekuensinya, kita perlu tahu bagaimana perusahaan tersebut mengambil keuntungan dari suatu bisnis. Misalnya, Blue Bird mengambil keuntungan dari taxi fare yang dibayarkan para penumpang. Indofood kaya dari jualan mie instan. Astra jadi besar berkat dagangan mobil dan motornya. Bisnisnya jelas.
Bahkan untuk barang/jasa yang murahnya kelewatan seperti tarif Transjakarta (cuma Rp3.500) atau Commuterline Jabodetabek (paling mahal cuma Rp6.000), kita tahu bahwa kedua moda transportasi ini hidup dari subsidi pemerintah. Harga tiket aslinya jauh lebih mahal dari itu.
Nah, sekarang Anda bisa tanyakan pada orang yang memprospek Anda: bisnis perusahaan ini tuh apa sih? Bagaimana dia mendapatkan keuntungan?
Sampai sini, kemungkinan sikap Anda ada dua.
Pertama, kalau orang-orang yang mengajak Anda ini tidak bisa menjelaskan dari mana perusahaan mendapatkan keuntungan, sudah pasti ini penipuan. Bahkan boleh jadi orang-orang itu juga tidak tahu bahwa mereka sendiri sedang tertipu.
Kedua, kalau hitung-hitungan keuntungan itu ternyata jauh lebih kecil daripada potensi keuntungan yang bisa diraih oleh ribuan, puluhan ribu, atau ratusan ribu member secara bersamaan, percayalah itu juga penipuan.
Lho tapi Gojek dan Grab dulu juga mengenakan tarif yang nggak logis di awal mereka berdiri kan?
Oke, kita masuk ke alasan berikutnya.
4. Tidak jelas barang/jasa yang diperdagangkan
Yang membuat kita tidak curiga dengan tarif murah Gojek dan Grab itu adalah karena mereka menawarkan jasa yang jelas kita rasakan manfaatnya: ojek dan pengantaran barang/makanan. Kita tahu tarif murah itu hanya sementara karena kebetulan mereka sedang punya banyak uang. Suatu hari, tarif murah itu akan berakhir dan kita akan membayar dengan tarif wajar yang lebih mahal.
Kira-kira sama dengan logika Transjakarta dan Commuterline di atas lah. Ada subsidi yang menyebabkan harganya jadi murah.
Tapi apakah kejelasan tentang barang dan jasa itu bisa kita temui dari investasi bodong tersebut? Apakah nilai keuntungannya wajar? Tidak dan tidak.
Untuk meringkas, mari menutup segmen ini dengan petuah opa Warren Buffet lagi.
“Never invest in a business you don’t understand. Jangan pernah berinvestasi pada sesuatu yang tidak Anda pahami.”
Warren Buffett
5. Kesulitan menarik dana
Ada suatu masa ketika bisnis tipu-tipu ini akan kesulitan memenuhi hak para member-nya. Mereka menghalangi para member menarik dananya dengan alasan ini-itu. Lagi-lagi dengan istilah teknis supaya Anda segan menanyakan.
Dan ketika itu terjadi, semua sudah terlambat.
Ini karena ciri terakhir itu baru diketahui setelah Anda bergabung di dalamnya, atau bahkan sampai jadi korbannya. Bahkan di awal periode investasi, ketika Anda baru menyetorkan uang dalam jumlah kecil, keuntungannya diserahkan sesuai janji.
Tapi begitu Anda menaruh uang dalam jumlah signifikan … BOOM!!
Maka jauh lebih baik bagi Anda untuk mewaspadai tawaran-tawaran semisal ini sejak awal. Cek apakah keuntungan yang ditawarkan wajar (tidak bombastis). Cek apakah platform ini terdaftar secara resmi di otoritas. Cek juga bagaimana perusahaan mengambil keuntungan. Dan kalau sudah jelas barang/jasa yang diperdagangkan, Anda bisa (sedikit) merasa lega.
Perhatian
Investasi bodong ini bisa hadir dalam berbagai skema dan selubung. Ia bisa berbalut transaksi valuta asing/foreign exchange, robo trading, binary option, non-fungible token, cryptocurrency coin, multilevel marketing, dan sederet istilah-istilah canggih lainnya.
Tentu saja bukan teknologi-teknologi di atas yang salah. Di banyak negara, teknologi tersebut sudah digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan dan aktivitas ekonomi masyarakat secara efektif.
Poin saya adalah, berhati-hatilah ketika menemukan tawaran investasi yang berbalut istilah-istilah canggih tersebut, karena istilah itu memang dipilih untuk satu tujuan spesifik: membuat bingung target marketnya sehingga mudah terbuai janji-janji manis marketer-nya.
Maka, sekali lagi, mari lebih berhati-hati.
Pingback: 4 Opsi Investasi yang Aman, Bebas Tipu-Tipu, dan Cocok bagi Pemula