Pada artikel sebelumnya, kita telah mengulas beberapa faktor yang menyebabkan mahalnya biaya ongkos kirim barang di Indonesia. Faktor tersebut antara lain:
- Kondisi geografis Indonesia mengharuskan cukup banyak transhipment.
- Land transportation di Indonesia masih cukup mahal.
- Volume kargo Indonesia secara agregat masih cukup kecil.
- Adanya kelangkaan kontainer.
Untungnya, masalah ini bisa ditangani secara bertahap setidaknya melalui tiga langkah strategis berikut.
Daftar Isi
1. Memperbanyak warehousing di titik-titik strategis pasar
Karena salah satu kunci murahnya ongkos kirim adalah tingginya volume barang yang dikirimkan, ya sudah kita ikuti saja kaidah tersebut.
Barang-barang itu nantinya “dititipkan” di gudang bersama yang bisa digunakan berbarengan oleh para pelaku usaha dan distributor. Harganya dibuat sangat miring, apalagi kalau dibangun dan dibiayai dengan APBN.
Gudang-gudang ini diletakkan di kabupaten-kabupaten yang cukup ramai dan punya akses jalan raya yang memadai supaya truk bisa masuk ke sana tanpa kendala. Ketika order dari pembeli datang, barang dikirimkan dari gudang-gudang tersebut.
Dengan cara ini, penjual/produsen diuntungkan dengan biaya transportasi yang murah karena barang dikirimkan secara masal ke gudang bersama. Pembeli juga diuntungkan dengan murahnya biaya jasa ekspedisi karena lokasi gudang sudah cukup dekat dengan posisi pembeli.
Ini yang dilakukan produsen-produsen Cina dalam menguasai pasar internasional. Di Indonesia, misalnya, eksportir punya gudang di Jakarta Utara/Jakarta Barat yang digunakan untuk menampung barang-barang yang datang dari Cina. Order barang dari penjual bisa menyusul, yang penting barangnya tersedia dulu di gudang Jakarta.
Tapi karena mereka bisa mengirimkan banyak barang dari Cina dalam sekali pengiriman, otomatis ongkosnya jadi lebih murah.
Terlihat mudah? Tunggu dulu. Kalau saya kirim barang banyak-banyak, di daerah tujuan belum tentu ada pembelinya?
Itulah sebabnya strategi warehousing ini tidak bisa berdiri sendiri. Perlu ada market intelligence yang akurat: barang apa yang sekiranya sangat dibutuhkan warga setempat dalam jumlah banyak dan harga yang murah?
Kita mulai dari situ dulu.
Tapi bagaimana cara mengetahui mana produk yang sedang dibutuhkan, mana yang tidak? Wah ini tools-nya macam-macam. Bisa pakai Google Trends, teknologi social media listening seperti Brand24, Social Blade; maupun metode market analysis lainnya. Akan kita bahas lain waktu, insya Allah.
2. Meningkatkan kapasitas kereta api untuk pengangkutan logistik.
Terdapat dua moda transportasi darat utama yang biasa digunakan para manajer supply chain perusahaan: truk dan kereta api. Masing-masing memiliki kelebihan yang akan sedikit kita ulas sebagai berikut.
Kereta api
- Secara rata-rata, kereta api 4 kali lebih fuel efficient daripada truk.
- Biaya pengangkutan barang semakin murah untuk perjalanan jarak jauh.
- Kereta api dapat mengangkut lebih banyak barang dalam sekali jalan.
- Perjalanan kereta api relatif bebas hambatan sehingga kedatangan barang dapat lebih diprediksi.

Alasan-alasan di atas membuat para pengusaha di Amerika Serikat senang mengirimkan barangnya lewat kereta api. Bahkan jaringan freight train AS jauh lebih luas daripada jaringan passenger train-nya seperti yang Anda lihat pada gambar berikut.
Saya tidak ingin berpanjang-panjang menulis di bagian ini karena video berikut cukup menjelaskan mengapa secara ekonomi kereta api barang di AS sangat disukai para pengusaha.
Truk
- Penjadwalan pengiriman barang lebih fleksibel.
- Lebih efisien untuk pengangkutan barang jarak dekat dan door-to-door delivery.
- Cocok untuk pengiriman barang-barang yang mudah busuk.
Oh iya, karena truk juga punya kelebihan yang tidak bisa dianggap remeh, para pengusaha di AS juga masih mengandalkan truk sebagai salah satu moda transportasi utama mereka. Bahkan, truck transportation menyumbang jumlah tenaga kerja terbesar di AS untuk sektor transportasi dan pergudangan sebagaimana data dari Biro Transportasi AS berikut.

Kedua moda transportasi di atas digunakan sesuai dengan kelebihannya masing-masing. Kalau suatu barang lebih efisien diangkut dengan kereta api, tentu para pengusaha akan memilih angkutan kereta api. Demikian juga sebaliknya.
Poin saya adalah, Indonesia (terutama Pulau Jawa) sudah memiliki jaringan jalan raya yang mampu menjangkau tempat-tempat paling terpencil di sini. Maka untuk meningkatkan efisiensi biaya, kita juga perlu lebih banyak memanfaatkan kereta api sebagai sarana transportasi barang.
Tentu saja pemerintah juga perlu mulai mendorong ekstensifikasi jalur kereta api di pulau-pulau di luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Idenya adalah bagaimana suatu barang bisa diangkut dengan lebih efisien dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Dan kereta api adalah salah satu opsi yang sangat layak dipertimbangkan.
3. Subsidi/tarif khusus untuk truk bila melewati jalan tol.
Presiden Jokowi sendiri menyatakan bahwa infrastruktur fisik seperti jalan tol itu dibangun untuk menurunkan biaya logistik. Saya tidak tahu bagaimana hitung-hitungan tepat dari pernyataan beliau di atas. Tapi masuk akal sekali kalau dalam rangka menurunkan biaya logistik, tarif tol bagi kendaraan barang juga diturunkan.
Selama ini, total ongkos logistik dari Jakarta ke Surabaya itu sekitar Rp9 juta. Biaya tol sendiri sekitar Rp1,9 juta, atau mencapai 21% dari total biaya transportasi!
Angka ini tentu sangat signifikan bagi pengusaha jasa logistik. Mungkin itu sebabnya setiap kali saya lewat tol Trans Jawa, sebagian besar penggunanya adalah bus dan kendaraan pribadi. Bukan kendaraan barang.
Kalau tarif jalan tol bisa lebih murah, semoga biaya transportasi dan pada akhirnya, harga barang secara umum, bisa jadi lebih murah.
Demikian, semoga bermanfaat.