zakat

Murabitun

Saat kami sedang membahas teori dan praktek perbankan syariah di kelas IFQ beberapa waktu lalu, pengajar kelas tersebut, Pak Farouq Alwyni, sempat menyinggung suatu komunitas di Inggris yang ia temui saat ia masih bekerja di Islamic Development Bank dulu. Komunitas ini mengharamkan penggunaan uang kartal (karena dianggap sebagai salah satu akar penyebab riba, inflasi, dan perbudakan oleh bankir internasional), dan oleh sebab itu menghindari lembaga perbankan dan aktivitas-aktivitas bisnisnya secara total.

Kelompok ini menamakan dirinya Murabitun. Hal unik dari komunitas ini sebenarnya tidak hanya terkait penolakannya pada uang kartal, tapi lebih luas dari itu. Para aktivis Murabitun menganggap zakat sebagai rukun Islam yang runtuh karena tak terpenuhinya syarat-syaratnya. Zakat, menurut mereka, harus dihitung dan dipungut dalam “mata uang Islam”, yaitu dinar. Pungutan ini juga tidak bisa dikelola oleh lembaga amil zakat karena membawa konsekuensi (1) zakat bersifat voluntary, dan (2) menyalahi ketentuan dalam al Quran.

Ketentuan apa itu?

Bagaimana Kita Membiayai Negara Tanpa Pajak?

Beberapa waktu lalu tercetus wacana dari pejabat Kementerian Perindustrian untuk menghapuskan pajak kendaraan bermotor. Wacana ini belakangan ditindaklanjuti melalui usul resmi Menteri Perindustrian kepada Menteri Keuangan. Yang akhirnya ditolak.

Saya yakin ada beberapa pertanyaan bernada skeptis soal usul ini. Tapi mari berprasangka baik dan berasumsi wacana ini sungguh-sungguh tulus dan bukan bagian dari lobi asosiasi industri.

Jadi, dari mana negara mengumpulkan uang untuk menyelenggarakan urusan publik selain pajak?

Beberapa kader Hizbut Tahrir yang tulisannya tersebar di internet, seperti beliau, berpendapat bahwa kita bisa mengurus negara tanpa pajak dan utang. Sayangnya seperti banyak tulisan kader Hizbut Tahrir lainnya, beliau terjebak pada slogan belaka. Belum saya temui hitung-hitungan yang agak rinci dan konkret dari kader organisasi ini sehingga bisa jadi alternatif tawaran kebijakan. Saya coba mengisi ruang ini.

(Kalau Anda pernah baca hitung-hitungan soal itu, silakan drop tautannya di comment)

Baik, kita mulai. Mari kita hitung satu persatu.