Perhatian saya soal Palestina mungkin baru mulai intens sejak akhir tahun 2008. Tepatnya ketika Operation Cast Lead sedang panas-panasnya. Sebelum itu, tentu saja saya baca berbagai hal tentang apa yang terjadi di Palestina, khususnya tentang Al Aqsha, tapi hampir tidak ada buku “serius” yang saya baca.
Saya baca tentang Nakba, tentang Perang Yom Kippur, Perang Enam Hari, Intifada Pertama dan Kedua, illegal settlement yang terus-menerus terjadi, peristiwa-peristiwa mengerikan seperti Sabra-Shatila dan beberapa buku ngetop seperti karya Karen Armstrong, Robert Garaudy, atau Noam Chomsky.
Tapi ya sudah, itu saja.
Saya tidak sempat mendalami motif, suasana sosial politik, dan argumentasi kedua belah pihak. Saya belum pernah baca buku-buku sejarah yang serius, kecuali sedikit sekali. Saya malu sendiri lihat banyak nonmuslim yang jauh lebih muda tapi jauh lebih fasih dan lebih progresif ketika bicara soal ini, bahkan ketika pendapat mereka sama dengan saya.
Saya malu sendiri mendapati ada orang Yahudi yang luar biasa vokal dalam mengangkat isu ini secara jernih, berulang kali ikut demo di jalanan; sementara saya duduk-duduk saja tidak melakukan apa-apa.
Kemudian datang peristiwa Sheikh Jarrah.
Saya berkesempatan baca latar belakang peristiwa ini, dan mau tidak mau harus membaca lebih banyak, lebih jauh ke belakang. Ini karena membaca berita di media mainstream internasional tidaklah cukup. Banyak sekali propaganda dan kampanye Zionis berseliweran di media massa dan media sosial, sehingga menyulitkan kita melihat persoalan dengan jernih.
Akhirnya selama dua pekan belakangan, masuklah saya ke dalam buku-buku soal Palestina yang sudah lama tersimpan tapi belum dibaca.
Dan insya Allah saya akan berbagi bacaan tersebut di bawah kategori “Palestina”, dimulai dari post ini.
Saya tahu blog ini bukan apa-apa di tengah samudera dunia maya, tapi kalau Anda suatu saat tersasar ke sini, saya harap Anda bisa menemukan perspektif baru yang lebih jernih dan adil dalam memandang Palestina.
Selamat membaca.